ESENSI PRIMORDIALISME KEAGAMAAN DALAM MERESPON DUNIA SISTEM CEPAT IoT

 ESENSI PRIMORDIALISME KEAGAMAAN DALAM MERESPON DUNIA SISTEM CEPAT IoT

Penulis : Nadya Sofia Putri


    Kita saat ini sedang menghadapi gencarnya tantangan zaman yang serba kompleks dan global. Dimana di zaman ini kita dituntut untuk canggih,cepat,kreatif,inovatif,dan kompetitif. Mengapa demikian? Karena mulai saat ini akan terjadi perubahan besar-besaran di berbagai bidang lewat perpaduan  teknologi yang mengurangi sekat-sekat antar dunia fisik, digital, dan biologi. Dunia revolusi 4.0 yang kita hadapi ini ditandai dengan kemajuan teknologi kecerdasan buatan, robot, teknologi nano, komputer kuantum, bioteknologi, internet of things, percetakan 3D, dan kendaraan tanpa awak semisal drone. Tentu hal ini akan berpengaruh sekali pada kehidupan masyarakat saat ini dan kedepannya. Mereka yang bisa mengikuti progress dunia baru ini tentu akan memiliki kualitas hidup yang meningkat. Namun sebaliknya, bak pisau bermata ganda kemajuan di bidang otomatisasi dan kecerdasan buatan ini telah menimbulkan banyak kekhawatiran di mata masyarakat. Hal ini dikarenakan dunia global universal ini akan memberikan banyak pengaruh bahkan terkadang cenderung menggerus moral masyarakat dan budaya yang ada. Dimana terkadang hasil dari terbukanya globalisasi dunia ini justru merusak dan menjadikan negeri sendiri ini terjajah karena arus modernitas yang masuk tanpa penyaringan. Tak jarang,semua ini kadang membuat manusia jadi merasa bebas,hebat namun kehilangan arah,sehingga dimasa ini banyak kita temui orang jadi lupa iman dan lupa pemikiran.

    Sudah sejak lama sebenarnya permasalahan perkembangan zaman serta sains seolah bertolak belakang dengan agama dan norma masyarakat. Bahkan seolah-olah sains, dan teknologi adalah sebuah penjajahan bagi sebuah kepercayaan keagamaan dan tradisi seseorang bahkan masyarakat. Sudah sejak lama pula karena adanya hal ini,banyak orang membuang agamanya karena menganggap agama adalah kesintingan turun - temurun dan tidak realistis. Mereka dapat berpikir seperti itu tentunya karena telah tercuci oleh solusi radikal yang menyatakan paham kelogisan pemikiran dan tindakan yang nyata.

    Dalam ontologi sendiri, karena tak berdiri sebagai realitas objektif yang bisa ditangkap dengan persepsi sensasi, agama tak bisa diabstraksi. Artinya, agama secara ontologis bukanlah entitas eksistensial, namun hanyalah produksi konstruksi mental. Secara ontologis sebenarnya agama pada diri bukanlah realitas objektif karena memang ia tak bisa ditemukan instanta faktualnya, bukan seperti sosok manusia, benda, gunung , dan handphone yang kita pegang saat ini. Oleh karena itu sulit sekali meyakini agama di era kejelasan dan peluasan pemikiran sains seperti ini. Karena produk keagamaan itu tidak dapat dilihat dan dibuktikan secara real. Hanya bisa dirasakan dengan batin dan keyakinan hati.

    Namun meskipun begitu, terlepas dari dampak ekstremisme pemikiran dan gaya hasil olahan libelarisme berlebih dari era percepatan global ini. Kita patut akui,dan apresiasi  bahwa kehadiran sains teknologi mampu menjadikan dunia ini menjadi lebih terbuka, luas, terjangkau,cepat,efektif, modern dan tentunya hal ini dapat mempermudah segala upaya manusia dalam melaksanakan dan mewujudkan kinerjanya, dreamnya, dalam berbagai bidang termasuk agama.

    Yah... meskipun hadirnya liberalisme sains global ini banyak ketidakcocokan dengan beberapa norma dan ajaran agama, bahkan yang lebih ekstrem kadang paham modern ini seolah tidak mempercayai yang namanya ajaran agama. Namun perlu kita akui bahwa internet of things menjadikan kita mudah mengakses segala sesuatu,dan bisa mendekatkan seseorang lebih dekat pada Tuhan dan kesadarannya.

    Contoh saja, sekarang kita bisa mengetahui tentang ajaran agama apa saja yang kita tidak ketahui dengan mengklik tombol searching di mbah Google. Sekarang juga kita dipermudah mengakses semua media, tidak hanya TV, Radio, atau surat kabar. Media kita saat ini lebih dari itu, kita lebih luas lagi, ada IG, FB, Tweeter, Youtube, dan lain sebagainya. Sekarang kita tinggal klik dan klik maka kita akan tau info dari segala penjuru dunia, dari klik meng-klik kita dapat mendapat banyak motivasi bahkan memotivasi banyak orang. Bahkan tak jarang seseorang berhijrah atau bahkan menjadi muallaf karena sering online internet. Mengapa bisa terjadi demikian? Ya, semua ini karena seperti yang telah disebutkan dalam paragraf-paragraf diatas, bahwa ini adalah dampak percepatan global terutama media. Oleh karena itu sepatutnya hadirnya era IoT patut kita manfaatkan dengan baik,terutama dalam belajar dan mengembangkan agama dengan baik. 

    Beberapa waktu ini tentu sangat kita sadari hasil dunia cepat ini dapat mengefisienkan manusia terutama hamba untuk dekat dengan Tuhannya dengan lebih ringan. Banyak sekali kita ketahui orang-orang mudah berubah dari yang nampak korak menjadi syar’i dan berhijrah karena internet, atau yang biasa kita sebut hijrah online. Banyak juga kita temui para preman tiba-tiba bisa berubah menjadi ustadz/ ustadzah dalam sekejap mata, juga karena internet. Entah itu terlepas dari niat tulus,atau cuma mencari gaya,nama,dan uang. Yang jelas ini adalah satu langkah baik yang dapat ditimbulkan dari adanya IoT ini. Ini adalah sarana melebarkan sayap dakwah islami yang sangat efisien dan efektif

    Namun terkadang,sangat disayangkan sekali karena hadirnya berita yang cukup mudah dan cepat, hal ini justru membuat seseorang menjadi kurang filter dan salah dalam belajar suatu ilmu terutama ilmu agama. Tentunya hal ini mengakibatkan kesalapahaman yang akhirnya menyebabkan kerancuan dan doktrin buruk dalam agama tersebut. Lihat saja berapa banyak teroris yang tercipta karena kesalapahaman dalam memahami makna kata hijrah dan jihad dalam beragama, berapa banyak pula orang jadi benci bahkan memutuskan kafir karena merasa tak cocok dan terkekang dengan kata syar’i, atau berapakah manusia yang sudah membenci, memusuhi, mengatai agama kita dan menganggapnya hina hanya karena semua kejadian ini? Pada akhirnya semua kejadian ini hanya membuat seseorang bersikap radikal seperti yang diatas, yakni keradikalan untuk tidak mempercayai agama dan tuhan. 

    Untuk itu,sangat penting sekali di era percepatan internet, percepatan dunia ini kita perlu belajar dan melatih kontrol positif terhadap pemahaman kita tentang segala apapun yang kita dapat, kita dengar, dan kita lihat. Hal ini sangat perlu dilakukan karena hal ini sangatlah sensitif sekali. Kita perlu sekali melakukan berbagai filter untuk memahami dan memutuskan bahwa sesuatu itu benar agar pikiran ini tidak mudah tercuci dan terkontaminasi oleh pemahaman - pemahaman kotor yang tak sebaiknya masuk dipikiran kita, dimana pemahaman ini nanti dapat merugikan diri kita sendiri,keluarga,lingkungan,agama,bangsa, terlebih Tuhan.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PSB Madrasah Aliyah Bilingual Krian Sidoarjo 2018-2019

PSB AL-AMANAH 2019-2020 (MA-SMP-SD)

Menggali Hikmah dalam Hukum Keluarga Islam: Mencapai Maqasid Syariah dengan Harmoni Keluarga